• Waktu Yang Tepat Untuk Minum Coklat


    Sahabat, Pagi ini saya minum coklas panas. Sama seperti pagi-pagi yang lain. Saya biasa menyeduh coklat saya sendiri. Sederhana saja, hanya dengan menuangkan bubuk coklat dari sachet. Tak lupa menggunakan air mendidih.


    Jika segelas coklat telah siap, janganlah langsung dinikmati. Pasti minuman lezat ini masih sangat panas. Tunggulah beberapa menit, daripada lidah kita nanti melepuh. Seorang peminum coklat, kopi atau lainnya tentu hafal sekali kapan waktu yang tepat untuk meneguknya.

    Kerana, coklat panas yang baru saja selesai diseduh tak bisa buru-buru kita minum. Sesederhana ini pula seharusnya kita saat melihat orang lain baru saja melakukan kesalahan. Janganlah buru-buru ditegur. Ketahuilah bahwa orang itu pun sudah cukup menderita di dalam hatinya akibat kecerobohan yang ia lakukan.

    Saat ada seorang anak jatuh, bukanlah waktu yang tepat untuk berkomentar, "Mama bilang juga apa, sudah tahu licin kok masih lari!"

    Ketika pasangan mengalami kerugian kecil dalam rutinitas bisnisnya, bukan pula waktu yang tepat untuk menunjuk hidungnya, "Seharusnya kemarin Papa gak perlu mengambil langkah seperti itu, jadi gak begini jadinya!"

    Dan masih banyak lagi ucapan spontan yang terkadang tak sengaja kita ucapkan. Ia terlontar begitu saja seolah kita memang dilahirkan menjadi kritikus.

    "Rasakan akibatnya sekarang! Gak dengar omongan Papa sih!"
    "Masa gitu aja gak tahu? Mestinya tanya dulu kalau gak tahu!"
    "Sudah dibilang berkali-kali tetap gak percaya. Beginilah akibatnya!"

    Benar sekali apa yang disampaikan Sahabat Ibnu Mas’ud berikut,

    “Sesungguhnya adakalanya hati bersemangat dan mudah menerima, dan adakalanya hati lesu dan mudah menolak. Maka ajaklah hati saat dia bersemangat dan mudah menerima dan tinggalkanlah saat dia lemah dan mudah menolak.”
    Oleh kerana itu, daripada menyalahkan lebih baik menawarkan. Yaitu tawarkan bantuan apa yang bisa kita lakukan untuk menolongnya. Daripada berkomentar lebih baik berbuat benar. Yaitu dengan menemani dirinya dan ikut mencari solusi atas apa yang menimpanya.

    Jagalah sikap empati dalam ucapan kita. Hampir-hampir empati ini menjadi harta yg hilang dari kaum muslimin. Jika untuk menyeruput kopi saja kita perlu tahu waktu yang tepat, maka lebih-lebih lagi untuk memberi nasihat pada orang lain.

    Semoga Bermanfaat,Salam
    Vian Atzu

  • 0 komentar:

    Posting Komentar