Assalamu’alaikum Warrahmatullah, sahabat fillah. Sudah pernah berhitung "harga" dari nikmat Allah yang kita rasakan setiap hari ? Yuk kita hitung sama-sama. Kita ambil satu contoh saja, sepiring nasi yang kita makan, berapa rupiahkah kita harus membayar kepada Allah untuk sepiring nasi tersebut ?
Anggap saja nasi tersebut berasal dari setengah liter beras, harganya enam ribu rupiah yang kita beli di warung sebelah. Dari harga tersebut, mungkin warung mengambil untung seribu, jadi asalnya hanya lima ribu dari agen beras.
Apabila agen beras anggap saja ambil untung seribu juga, jadi hanya empat ribu harga beras itu dari pabrik beras di Jawa Barat. Pabrik pun hanya membeli dua ribu dari petani padi, kerana untuk keperluan transportasi ke kota dan upah buruh pabrik.
Dari harga dua ribu rupiah yang diterima petani itu dibelanjakan pupuk, pestisida, dan lain-lain mungkin petani hanya mengambil untung seribu rupiah. Dan keuntungan seribu itu digunakan untuk dirinya dan keluarganya. Habis deh.
Berapa harga benih padi yang digunakan petani saat awal menanam? Harganya gratis! Kerana petani memperolehnya dari sebagian hasil panen sebelumnya.
Jadi ternyata uang yang kita belanjakan untuk beras itu terbagi-bagi sampai habis menjadi keuntungan pemilik warung, agen, pabrik, pihak transportasi, buruh, petani, penjual pupuk, dan lain-lain. Aslinya beras itu Allah sediakan gratis. Harga yang kita bayarkan, bukan harga beras, melainkan harga dari jasa sekian banyak orang yang terlibat mengantarkan beras itu ke hadapan kita.
Saat Allah menumbuhkan benih itu menjadi padi, tak ada uang yang sanggup mengukur berapa harganya kerana mahalnya. Seandainya Allah tak menyediakan nikmat-Nya dengan gratis, pasti kita tak bisa merasakan nikmat Allah sekecil apapun, bahkan hanya sepiring nasi.
Senantiasalah bersyukur kepada Allah, Semoga bermanfaat
Wassalamu’alaikum Warrahmatullah
Vian Atzu
0 komentar:
Posting Komentar