Assalamu’alaikum
Warrahmatullah , Sahabat Fillah, Sebagian orang mencari kekayaan dengan cara
memungut uang dari orang lain untuk alasan training bagaimana menjadi orang
kaya. Tanpa disedari sebenarnya sang trainer menjadi kaya dengan uang yang
mereka berikan sebagai harga dari mimpi-mimpi kosong yang disampaikan sang
trainer.
Coba
sahabat cermati, kebanyakan mereka lelah diperbudak dunia. Materinya selalu
tentang uang, tentang pengembangan usaha ini dan usaha itu. Sangat jarang ada
diantara mereka yang berbicara tentang peningkatan amal soleh, tentang
bagaimana meningkatkan saldo kebajikan sebagai bekal masa depan (Akhirat). Kita
tak perlu heran, prinsipnya sahaja "waktu adalah uang".
Andai
mereka membaca sirah para sahabat, tentang bagaimana sahabat bekerja dengan
tetap menjaga hak-hak Allah. Tak sedikit Sahabat Rasulullah saw yang kaya raya. Tapi tak semata kaya harta,
namun juga kaya hati.
Mereka
menjadikan kekayaan sebagai sarana untuk meraih prestasi terbaik akhirat.
Mereka mencari kekayaan agar bisa menunaikan syariat zakat, sedekah dll. Raga
mereka bekerja, namun hati mereka selalu merindukan kebersamaan dengan Allah.
Tak
heran bila adzan berkumandang mereka segera menghentikan aktifitas
masing-masing. Merekalah yang Allah maksud dalam firman-Nya:
Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan, dan tidak (pula) oleh jual beli, atau aktivitas apapun dan mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, membayarkan zakat, mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. - Q.S. An Nuur: 36-37.
Jauh
berbeda dengan pemburu dunia saat ini, belum kaya sudah berani membangkang
kepada Sang Maha Pemberi rezeki. Adzan berkumandang training dan seminar malah
jalan terus.
Sahabat
fillah, Kebanyakan orang saat ini jauh lebih takut akan kehilangan harta
daripada kehilangan iman dan keyakinannya akan Allah Sang Pencipta jagat raya.
Banyak orang telah menjadikan kesuksesan dalam kehidupan dunia sebagai tujuan
utamanya. Padahal Rasulullah saw memperingatkan kita bahwa jika dunia telah
menjadi fokus perhatian utama, maka hidup seseorang bakal berantakan dan
kemiskinan bakal menghantui dirinya terus-menerus.
Barangsiapa yang menjadikan dunia ambisinya, niscaya Allah cerai-beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran (kemiskinan) menghantui kedua matanya dan Allah tidak memberinya harta dunia kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya. - HR Ibnu Majah
Dan
sebaliknya, Rasulullah saw menegaskan bahwa hanya orang yang niat utamanya
ialah kehidupan akhirat, maka hidupnya bakal berada dalam penataan yang rapih
dan hidupnya akan dihiasi dengan kekayaan hakiki, yakni kekayaan hati. Bahkan Rasulullah
saw menjamin orang tersebut bakal memperoleh dunia dengan jalan dunia yang
datang kepada dirnya secara tunduk bahkan hina, bukan sebaliknya, ia yang harus
mengejar dunia dengan hina sehingga merendahkan martabat diri.
Dan barangsiapa menjadikan akhirat keinginan (utamanya), niscaya Allah kumpulkan baginya urusan hidupnya dan dijadikan kekayaan di dalam hatinya dan didatangkan kepadanya dunia bagaimanapun keadaannya (dengan tunduk). - HR Ibnu Majah.
Apa
yang dapat kita simpulkan dari hadits Rasulullah saw? Kesimpulannya ialah jika
seorang hamba hidup dengan senantiasa sadar dan yakin bahwa Allah adalah
Pemberi Rezeki sesungguhnya dan bahwa tugasnya sebagai orang beriman ialah terus-menerus
mengokohkan keyakinan akan hidup yang sesungguhnya ialah di kampung akhirat nan
kekal, bukan di negeri dunia nan fana ini, maka dengan sendirinya Allah-pun
akan membalas keyakinannya yang mulia dan benar itu dengan balasan yang
selayaknya.
Jadi Prinsip Waktu Adalah Uang Merupakan Fasfalah Yang Keliru
Semoga
Bermamfaat, Wassalamu’alaikum Warrahmatullah
Vian
Atzu
0 komentar:
Posting Komentar