Tugas yang sulit memang, aku harus cari bantuan, karena aku akui aku tidak memahami bidang pelajaran ini. Lalu teman lain kelasku menyarankan untuk bertanya saja pada salah satu teman kelasnya yang cukup memahami bidang tugasku ini, namanya Irwan. Dia teman satu angkatanku, namun kami beda kelas. Saat itu aku di kelas 10A, sedangkan dia di 10D.Dia pria yang sholeh, baik, ramah, dan juga dingin.
Maka dari itu, keraguan sempat dalam benakku untuk bertanya dengannya.Aku takut canggung jika bertanya dengannya, namun harus aku beranikan, mau gimana lagi, tugas ini harus diselesaikan dan penting untuk nilaiku.Dengan perantara temanku, lalu temanku bertanya dengan Irwan.
“wan, nih ada teman dari kelas 10A mau ngomong”, ucap temanku
“oh iya , ada apa?”
“ maaf wan, aku boleh minta bantuan gak? Ada tugas dari Bu Siska, agak banyak yang belum terjawab soalnya, bisa bantu?”, ucapku agak kaku
“ memang tugas apa?”, jawab Irwan
“ tugas tentang hukum dan politik”
“ oh.. In Syaa' Allah ana bantu. Kapan kiranya tugasnya mau dibantu?”, tanyanya ramah
“hm nanti dikabarin lagi deh, thanks ya sebelumnya”
Keesokan harinya akhirnya aku, temanku, dan Irwan bertemu di perpustakaan. Alhamdulillah tugasku selesai dengan bantuan Irwan. Maklum, aku agak ruwet kalau harus menyelesaikan tugas ini sendiri, apalagi ini tugas yang berkaitan dengan hukum, banyak pasal yang tidak ku hafal, landasan hukum yang tidak aku tahu, kebetulan Irwan adalah salah satu murid yang jago dibidangnya. Tidak heran aku, tahun depan saja dia diajukan sekolah untuk mengikuti lomba debat IPS tingkat nasional.
Dari pertemuan itu, kami jadi saling kenal , saling sapa tiap ketemu dijalan atau di lorong sekolah, saling share pelajaran melalui sms, jika mengharuskan kami bertemu itu didampingi temanku. Perkenalan kami tidak sampai situ juga, tak jarang kami pun tidak sengaja dipertemukan dalam acara acara tertentu.
Semakin lama ada hal yang aneh dalam diriku.Berbeda jika aku melihat dan bertemu Irwan sebelumnya. Perasaan ini beda, dan akupun baru merasakannya. Aku sendiri pun bingung, apakah aku jatuh cinta?Apakah ini yang namanya jatuh cinta yang belum pernah aku rasa? Ah hanya rasa canggung saja mungkin. Aku sudah mencoba berkali-kali mengalihkan perasaan yang aneh ini, tapi tetap keingintahuanku dengannya semakin besar.Rasanya, perasaan ini justru menyiksa, yang seharusnya aku harus punya perhatian besar dengan sekolahku, tapi ini hanya jadi memikirkan hal yang tidak penting.Dan benar, semakin lama perasaan itu semakin beda. Aku pun sulit mengelaknya.
Suatu hari aku meminjam buku kepada Irwan.Tanpa sengaja aku menemukan selembar kertas dalam selipan bukunya, dan aku membaca tulisan pada kertas itu. Tiba tiba “tess..” butiran bening jatuh dan terasa hangat di pipiku. Tulisan ini begitu dalam, kata katanya indah, tapi tulisan ini tertuju pada seseorang, masa lalu yang sulit ia lupakan sampai sekarang. Begitu sulitnya melupakan bayang masa lalu untuk dia. Hari ini begitu sulitnya bagiku untuk menghentikan airmata.Dan dengan kejadian itu, akusemakin yakin untuk berusaha untuk menghentikan perasaan ini. Karena aku sadar, perasaan ini hanya akan jadi hal yang sia-sia.
Kini aku sudah duduk di kelas 11.Tak terasa masa putih abu-abu ini sudah aku jalani selama setahun.Tugas sekolah semakin banyak, jadwal latihan teater yang aku ikuti di sekolah pun semakin padat.Kesibukanku di kelas 8 ini tidak membuat ku benar-benar utuh menetralkan perasaanku pada Irwan.Tetap saja, baying-bayangnya masih saja ku ingat, juga masih saja aku sulit mengendalikan keingintahuanku tentangnya. Ah, aku capek!
Liburan panjang semester, bagiku tidak ada liburan selain di rumah membantu tugas rumah.Banyak waktu senggang dan aku pergunakan untuk mencari cari info dan baca baca artikel lewat internet di rumah.Apalagi tahun ajaran baru nanti aku akan menduduki kelas 12 yang berarti aku harus punya persiapan banyak untuk menghadapi UN. Aku sesekali mencari info kuliah, kalaupun belum rejekinya aku harus siap kerja.Di sela-sela pencarianku mencari info, aku menemukan 1 artikel Islami, isinya tentang VMJ (Virus Merah Jambu).Agak asing memang aku dengan kalimat judulnya, apa maksudnya, apakah ini salah satu penyakit kronis atau penyakit yang sangat membahayakan buat manusia? Ketika ku klik mouseku untuk membaca artikel tersebut, isinya jauh dari dugaan awal. Artikel ini membuat hatiku begitu tenang , kata katanya benar benar menyentuh dan membuatku benar-benar sadar akan segalanya.Artikel tersebut banyak mengupas tuntas bahaya jatuh cinta anak remaja, serta bagaimana solusi untuk semuanya.
“ Terima kasih Ya Allah… inilah jawaban dan solusi masalahku”, ungkapku dalam hati
Mulai saat itu aku jadi lebih banyak berubah, berubah menjadi lebih baik. Aku lebih membatasi diriku dengan yang bukan mahramku.Aku kebih banyak ikut kegiatan kegiatan Islam yang memberikanku spirit dan lebih banyak pengetahuan tentang Islam. Dan aku juga jadi lebih banyak berusaha giat ibadah, kerana seperti yang di katakan dalam artikel tersebut, “jika Allah tak mengisi hati kita, maka orang lain yang akan menguasai hai kita” dan aku tidak mau hal itu terjadi, karena aku sadar, lelah ketika menyimpan perasaan itu. Selain itu aku juga menjadi lebih semangat dalam belajar agar aku bisa lulus UN dengan nilai terbaik.Inilah hikmah dan berkah yang aku dapatkan dari ujian yang aku dapat, sesungguhnya cobaan dan ujian itu diberi bukan hanya untuk ditangisi saja, dan berlarut larut dalam kesedihan.Tapi ambilah hikmah dari setiap cobaan dan ujian yang kita dapat.Itu yang membuat kita menjadi manusia lebih baik dari sebelumnya.
Alhamdulillah akululusdan mendapakan nilai terbaik ketiga disekolah. Aku juga lulus SNMPTN dan kuliah disalah satu perguruan tinggi negri di Jakarta, berkah lainnya aku mendapat beasiswa sampai kuliahku selesai. Masa-masa kuliah begitu luwes aku jalani, aku belajar juga mengajar bimbel dan privat untuk anak-anak SD dan SMP.Aktif ikut organisasi dikampus, juga aku memasuki dunia tarbiyah. Aku begitu menikmati masa kuliahku sampai tingkat akhir dan lulus menjadi lulusan terbaik tingkat fakultas.
Dan sekarang aku bekerja menjadi auditor di salahsatu perusahaan terkenal di Jakarta. Subhanallah, aku bahagia sekali sekarang bisa membahagiakan kedua orangtuaku, walaupun aku tau jasa orangtuaku melebihi apa yang aku dapat sampai sekarang.
Saat istirahat jam kantor, aku turun untuk menuju resto dekat kantorku bekerja, Sesampai di sana aku bertemu dengan rekan kerjaku dulu yang sekarang pindah kerja, Rita namanya. Dia juga bersama teman-temanya yang lain yang dikenalkan kepadaku, aku terkejut ketika melihat salah satu yang bersama Rita, dia Irwan. Ritapun tidak menyangka ternyata aku dan Irwan sudah saling kenal bahkan teman satu SMA.Perasaan yang pernah aku rasa waktu aku di SMA dulu aku tepis, aku lebih punya cinta yang sejati, yaitu cintaku kepada Allah, juga cintaku pada orangtuaku.Akhirnya akupun bergabung makan siang bersama mereka,kami berbincang menanyakan kabar masing masing serta pengalaman seusai lulus SMA. Mulai saat itu, kami jadi bisa saling contect lagi.
Pada Minggu pagi, seperti biasa aku ikut pengajian di daerah dekat rumahku.Seusai kegiatan, tiba tiba handphoneku berdering, Irwan menelponku. Dia meminta izin waktuku, dia dan walinya hari ini akan datang ke rumahku untuk melamarku. Air mataku jatuh, tak ada yang bisa aku katakan.Lalu cepat cepat aku memberitahukan kepada kedua orang tuaku, dan orangtuaku mengizinkan mereka untuk datang kesini.Secara umur memang sudah saatnya aku mengakhiri masa lajangku, tapi apakah aku siap?In Syaa' Allah aku siap.
Setelah perkenalan kedua orangtua kami, kami juga saling mengenal satu sama lain, tapi tanpa ikatan pacaran. Sebelum kaputusan iya atau tidaknya, aku perbanyak shalat istikharah, meminta kepada Allah SWT agar menunjukkan dia imam untuk keluargaku yang baik atau tidak.
Kian hari hatiku semakin siap dan meyakinkan diri dia imam yang baik yang akan jadi pendamping hidupku sampai akhir. Dan aku mantapkan
“Bismillaah..aku akan menerimanya”
Hari ini diadakannya akad nikahku dengan Irwan. Aku akan mengakhiri masa lajangku dan menjadikan dia pendampingku yang pertama dan terakhir. Setelah akad juga resepsi, pada hari yang sama kami langsung mengisi rumah baru yang sudah Irwan siapkan sebelum kami menikah. Setelah melepas lelah karena acara yang kami jalani setengah hari tadi, aku membuatkan makanan juga teh manis hangat untuknya sambil berbicara santai diteras rumah baru kami. Disela pembicaraan ia bertanya
“setelah lulus apakah kamu pernah dekat dengan laki-laki lain” tanyanya sambil tersenyum teduh.
“tak mas, aku tak dekat dengan laki-laki lain, aku hanya berteman biasa, memang kenapa?” tanyaku heran
“aku akan bicara jujur mengenai rahasiaku sekarang” ucapnya dengan nada serius
Aku yang sedari tadi berbincang bincang santai melihat raut muka berbeda di wajahnya, aku khawatir di menyimpan rahasia yang tidak dia ungkapkan sewaktu kami ta’aruf. Pikiran menarikku untuk berpikir macam-macam, tapi tidak, aku harus tahu terlebih dahulu apa yang ia rahasiakan dariku saat ini.
“bicara aja mas tentang rahasiamu, emang kamu punya rahasia apa?
“sebenarnya aku telah mengingikanmu sejak SMA dulu”, ungkapnya tersenyum padaku
Kebahagiaanku lebih lengkap lagi.Tiga tahun setelah pernikahan kami, aku dikaruniai dua orang anak yang lucu lucu, anak pertamaku laki laki lahir setahun setelah pernikahan kami, dan anak keduaku perempuan lahir dua tahun setelah melahirkan anak pertama.Alhamdulillah mereka lahir dengan fisik yang sempurna.Sekarang tugas kami adalah mendidik anak anak kami dengan bekal ajaran agama Islam, agar anak anak kami tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang sholeh dan sholehah.
“Dulu aku pernah melewati kegelapan.. dulu aku pernah merasakan keterpurukan dalam kesendirianku yang terasa tersesat sendiri dan hampa.. tapi aku tlah temukan jalan keluar itu, begitu terang dan banyak cahaya indah yang aku temukan.. seindah apa yang aku rasakan hingga sekarang.. hal yang pernah aku anggap ga akan mungkin terjadi saat kecewa itu datang. Tapi siapa yang tau akan kehendak-Nya? Itu rahasia-Nya”
Cinta pertama dan terakhir atas nama cinta-Nya
Vian Atzu
vian-atzu.blogspot.com
Facebook : Vian Atzu
Twitter : @CommunityIm
Google Plus : Vian Atzu
0 komentar:
Posting Komentar