• Cinta Tak Lelah Menanti

    Siang itu seperti biasa annisa zahra maulida mengikuti mata pelajaran kuliah di salah satu Universitas di kota bandung, ia mengambil jurusan biologi, Annisa sangat tertarik pada ilmu yang memprlajari berbagai macam hal yang berhubungan dengan tumbuhan. pada saat jam istirahat tiba, zahra hendak melaksanakan shalat asar berjamaah di masjid yang berada cukup dekat dengan universitasnya, zahra pun mengajak Lili sahabatnya untuk melaksanakan shalat berjamaah, “ li ayo kita berangkat ke mesjid!” “aduh Zahra maaf aku lupa bilang, aku lagi dapet... hehe” ujar lili sambil nyengir, “oh gitu ya.. ya sudah aku berangkat dulu ya, assalamualaikum..” iya ra, hati hati ya.. wa'alaikumussalam


    setibanya di mesjid, Zahra langsung mengambil air wudhu dan segera melaksanakan shalat berjamaah, setelahnya tak lupa zahra berdo’a pada Dia yang maha kaya dan maha bijaksana. setelah selesai zahra pun hendak kembali ke kelasnya , tiba tiba langkahnya terhenti di dekat pintu ketika melihat sebuah kotak merah yang jatuh dari seorang laki-laki, Zahra pun mengambil kotak tersebut dan dan mencoba menyusul laki-laki tersebut, “mas mas ini barangnya jatuh” tetapi laki-laki tersebut telah berjalan cukup jauh, sehingga tak mendengar suara Zahra.

    Zahra pun tak dapat menyusulnya, ia bergumam dalam hatinya “ Ya Allah bagaimana ini? apa yang harus saya lakukan terhadap barang ini?, ia pun duduk di halaman masjid memikirkan cara untuk mengembalikan barang tersebut, dalam pikirannya terlintas sebuah rasa penasran terhadap isi kotak merah tersebut, kemudian Zahra mencoba membuka isi dari kotak tersebut, ketika dibuka ia terkejut “sebuah jam tangan emas, barang ini pasti sangat berarti bagi pria tersebut .” tiba tiba terlintas sebuah ide dalam pikirannya “mungkin laki-laki itu akan kembali lagi besok, ya Allah izinkan hamba untuk bertemu dengannya lagi untuk mengembalikan barangnya” zahra pun kembali menuju kelasnya.

    keesokan harinya seperti biasa Zahra melaksanakan shalat ashar berjamaah saat istirahat tiba, setelah selesai berjamaah, ia memulai untuk menanyakan kepada setiap laki- laki yang sudah melaksanakan shalat, tentunya bukan niat untuk menarik dan mencari perhatian setiap laki- laki, namun untuk menanyakan barang yang ditemukannya kemarin, ia mulai menanyakan pada seorang laki-laki , dengan sopan zahra berkata “ maaf pak apakah bapak mengenal barang ini? “tak dik” ujuar laki-laki tersebut. “oh iya, trimakasih ya pak, maaf mengganggu waktunya”. begitu seterusnya zahra menanyakan pada setiap laki-laki yang berada di masjid tersebut hingga 5 menit sebelum jam istirahatnya habis, begitu yang dilakukan Zahra dari hari kehari, namun ia belum menemukan pemiliknya. hari demi hari berganti, sudah dua minggu ia berusaha mencari pemilik jam tangan tersebut namun belum menemukan siapa pemiliknya.

    ketika di kelas zahra sedang memikirkan barang tersebut, sehingga tampak seperti melamun, tiba-tiba datang lili mengagetkan. “bengong aja nih”. “astagfirullah,“ Zahra terlihat kaget “lagi mikirin apa sih ko kelihatannya serius banget” mata Lili melirik pada sebuah benda yang di pegang Zahra, “ wah apa ini.... wis bagus banget jam tangan emasnya, aku mau dong.. beli dimana?” “aduh sahabatku Lili yang cantik imut tapi agak agak nyebelin, ini bukan milik Zahra, ini milik orang lain (Zahra pun menceritakan kejadian seminggu yang lalu pada Lili)” “oh jadi begitu to kenapa baru bilang sih” “Bantu Zahra nyari pemiliknya ya li” “iya deh apa sih yang enggak buat zahra sahabatku ini!”

    ketika istirahat tiba, keduanya pergi ke masjid tempat biasa mereka melaksanakan shalat asar berjamaah dan seusai shalat, keduanya menanyakan pada setiap laki-laki yang selesai mengerjakan shalat, namun belum juga menemukan siapa pemiliknya. satu bulan lamanya zahra menunungu dan mencari, hampir hampir Zahra berputus asa, tapi ia berfikir barang ini milik orang lain dan harus ia kembalikan kepada pemiliknya kalimat itulah yang membuat ia semangat kembali untuk mencari. hingga tiba suatu sore dimana ia biasanya menanyakan kotak tersebut kepada setiap pengunjung mesjid, ia melihat seorang laki-laki yang tinggi badannya, hitam kulitnya, namun terlihat manis dan penuh karisma.

    Zahra pun bertanya kepada laki-laki tersebut “permisi akhy, apakah anda mengenal dan mengetahui barang ini?” sontak laki-laki tersebut terkejut seraya berkata “Alhamdu lillah, ini jam tangan untuk ibu saya, kalau boleh tahu dimana ukhty menemukannya?” zahra pun menceritakan kejadiannya. laki-laki tersebut tersenyum seraya berkata “oh jadi begitu kejadiannya” dug.. jantung Zahra berdebar tatkala melihat senyum manis laki-laki tersebut. zahra membalas senyumnya seraya berkata “iya, maaf saya mohon diri untuk pergi, assalamualaikum” dug.. dada laki-laki tersebut berdebar tatkala melihat senyum Zahra ”wa'alikum ussalam” 

    semenjak kejadian tersebut, zahra sering memikirkan laki-laki tersebut, senyum dan wajahnya terbayang bayang, dalam hatinya bertanya, siapakah gerangan laki-laki tersebut.. astagfirullahaladzim,, ya Ya Allah apa yang hamba pikirkan, ampuni hambamu ini ya rabb yang telah lupa padamu, di sepertiga malamnya Zahra berdo’a untuk dapat melupakan bayang-bayang laki-laki tersebut, namun laki-laki tersebut selalu ada dalam mimpinya. zahra pun mulai takut dengan apa yang hatinya rasakan, hatinya resah dan selalu ingin melihat laki-laki itu lagi, karna ia takut rasa yang di alaminya semakin menjadi-jadi, dengan terpaksa ia melaksanakan shalat di kelasnya secara munfarid karena dia takut tidak bisa mengendalikan hatinya jika ia bertemu dengan laki-laki itu lagi di masjid.

    ternyata apa yang dirasakan Zahra juga dirasakan oleh Ihsan (pemuda pemilik kotak berisi jam tangan) sejak kejadian itu ia merasakan gelisah, rindu ingin bertemu kembali, bayang-bayang zahra selalu teringat di benaknya, dalam hatinya ia berkata “sungguh mulia wanita itu, jujur dan mendamaikan hati jika aku memandangnya, ingin sekali aku meminangnya”. Ihsan pun berniat menyempatkan diri untuk selalu melaksanakan shalat ashar berjamaah di masjid, sekalian untuk mencari zahra dan untuk menyampaikan rasa terimakasihnya. ketika malam tiba Ihsan beristikharah untuk meminta petunjuk apakah sosok wanita yang ia rindukan adalah yang terbaik untuk dirinya. keesokan harinya ihsan kembali mengunjungi mesjid tersebut untuk shalat berjamaah dan juga mencari sosok wanita yang dirinduinya.

    pada saat istirahat tiba, lili mengajak sahabatnya zahra untuk melaksanakan sholat berjamaah seperti biasa, “ra ayo kita ke mesjid”, “aduh maaf li aku mau sholat disini aja, suasana hatiku kurang enak ni” “ya sudah aku duluan ya ra”. ”iya li silahkan.”

    lili pergi ke mesjid sendiri, tanpa sengaja ia bertemu sahabat sekaligus saudaranya,, “assalamualaikum,, ini Ka Ihsan ya?” “wa'alaikumusalam, eh lili, apa kabarnya?” “baik kak, kakak apa kabarnya?” mereka berdua saling bertegur sapa dan ngobrol seputar keluarganya. “kak aku kembali ke kelas ya?” “iya li silahkan salam ya buat bu de dan pa de” “iya kak, assalamualaikum.” “waalaikum salam”

    lili kembali ke kelas, di kelas Zahra bertanya pada lili” li kok ke mesjidnya lama,?”. “iya ra tadi ada shabat lama sekaligus saudara juga sih namanya kak ihsan, udah lama gak ketemu, eh tadi gak sengaja ketemu di masjid, jadi kami ngobrol dulu sebentar ” “kirain kamu kabur li,” “kabur kemana ra, lili kan orangnya baik, hehehe”. “ya kabur kehatiku hehehe” mereka tertawa bersama

    hari berganti begitu cepat, satu minggu ihsan menunggu, sosok wanita yang sangat dirinduinya, namun ia belum dapat menjumpainya, hari-hari terus berlalu, satu bulan penuh ihsan masih tetap menunggu suatu sore saat jam istirahat Zahra merasa sangat rindu untuk mengunjungi masjid dan ingin sekali ia pergi kesana, dalam hatinya ia sudah lupa terhadap Ihsan. Zahra langsung mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat berjamaah, ketika ia sedang berdzikir, tak sengaja ihsan melihat Zahra, ihsan merasa damai kala melihat wajahnya dalam hati ihsan berkata ”dialah wanita yang kucari” astagfirullahaladzim, aku memandangnya terlalu lama. ihsan pun bermaksud menunggu zahra di luar mesjid, setelah selesai zara pun keluar dan deg,,, jantungnya berdebar ketika melihat laki-laki tersebut. laki-laki tersebut tersenyum dan mengatakan “ukhty masih ingatkah dengan saya?” Zahra hanya menganggukkan kepala, “syukron ukhty atas kotak merah yang ukhty kembalikan” “iya akhy sama-sama” “ukhty kemana saja kok jarang kelihatan” zahra hanya tersenyum “ukhty, bolehkah saya tahu siapa nama ukhty? saya ingin bersilaturahim dengan ukhty dan maaf sebelumnya jika saya lancang, saya ingin melamar ukhty” dag dig dug jantung Zahra semakin berdebar kencang. Zahra berusaha menjawab “jika akhy memang sungguh sungguh ingin melamar saya, datanglah besok kerumah saya beserta orang tua akhy (memberikan alamat) assalamualaikum (pergi meninggalkan ihsan)”

    Zahra menceritakan kejadian tersebut pada Lili, karna lili adalah sahabat dekatnya, Lili penasaran dengan pria tersebut dan berencana aka n menemani Zahra di rumahnya. Zahra juga menceritakan kejadian tersebut kepada ayah dan ibunya, ayah dan ibunya hanya tersenyum dan berkata, nak jika dia memeng sungguh-sungguh padamu, maka dia akan datang bersama keluarganya.

    ketika dirumah Ihsan tak habis berdo’a pada yang maha tahu segalanya, semoga pilihan dan keputusannya tepat, ia berisitikharah untuk meyakinkan pilihannya, saat tertidur lelap Ihsan bermimpi tentang Zahra. keesokan harinya hati ihsan merasa sangat yakin dan mantap untuk meminang Zahra, mungkin ini adalah jawaban dari Istikharahnya

    keesokan harinya Ihsan beseta keluarganya pergi ke rumah Zahra, dia tak kesusahan ketika mencari alamat rumah Zahra, hingga sampai dia pada teras rumah Zahra, saat itu zahra bersama lili sedang berada di kamar, mereka melihat dibalik jendela kamar Zahra, “Li, itu dia laki-laki yang ku maksud, tak ku sangka dia datang Li”. “mana aku mau lihat, (Lili terkejut ketika melihat laki-laki yang akan melamar Zahra, ternyata dia adalah sahabat sekaligus saudaranya), ya ampun Zahra mengapa kamu tak bilang kalau laki-laki yang akan melamarmu itu adalah ka Ihsan.” “Zahra terkejut : ka Ihsan? bukankah itu saudara sekaligus sahabat mu Li?” “iya ra, kamu terima saja lamarannya, ka Ihsan, setahuku dia adalah laki-laki yang baik, aku tahu keluarganya, dia sangat pintar dan juga bebakti pada keluarganya, tak salah ka Ihsan ingin melamarmu, kalian berdua sangat cocok” mendengar ucapan Lili hati Zahra semakin yakin untuk menerima lamaran itu, di tambah keberaniannya yang membuat hati Zahra semakin yakin.

    Keluarga ka Ihsan disambut baik oleh keluarga Zahra, kedua keluarga tersebut berkumpul di ruang tamu, sejenak mereka memperkenalkan diri mereka dan mengobrol ringan, ternyata kedua keluarga itu begitu akrab, hingga tiba saat pembicaraan yang sangat serius, ihsan memulai pembicaraan “Pak, maksud saya datang beserta orang tua saya sebenarnya ingin meminang anak bapa, saya mengenalnya saat putri bapa mengembalikan kotak berisi jam tangan milik ibu saya, saat itu saya jatuh cinta pada putri bapa, ahlaknya sungguh mulia, memandangnya memberi kedamaian pada hati saya, untuk itu, maukah putri bapa menyempurnakan separuh agama saya, sudikah putri bapa untuk menjadi ibu dari anak-anak saya,? dan bersediakah putri bapa untuk menjadi bidadari saya dunia dan akhirat? ”
    Ayah Zahra menatap zahra dengan penuh rasa bahagia dan haru, “Nak, maukah kamu menerima lamaran nak Ihsan?” “ iya pak saya bersedia (dengan penuh keyakinan)” Alhamdu lillah..




  • 0 komentar:

    Posting Komentar