• Puisi Untuk Para Ibu Dalam Menghadapi Anak-anak

    Bersabarlah wahai ibu, jika anakmu mengujimu…

    dengan rumah yang tak pernah rapi dengan ocehannya yang bertanya berulang-ulang hal yang ia suka dengan manjanya dengan aktifnya ia berjalan ke sana ke mari yang harus kau kejar dengan peluh dengan gaya tutup mulutnya dari masakan yang kau buat....


    Bersabarlah wahai ibu....
    Dengan 'perlengkapan' perang anak berupa sendok dan gunungan tanah di terasmu, dengan robekan majalah yang bertebaran serpihannya dan selipan di antara sofamu.

    Dengan rasa percaya dirinya yang amat besar tak mau kau suapi walau belepotan, dengan pilah-pilihnya dia pada baju kesayanganya walau sudah kumal. Dengan seabreg rutinitas mengobrak-abrik susunan buku di dalam rak bukumu...

    Bersabarlah wahai ibu....
    Jangan kau buat luka yang tak pernah kering dengan bentakanmu, j angan kau pupuskan harapannya dengan merendahkan percobaanya, walau hasilnya berantakan, karena kurang sabarnya kau melihat ia berlatih menyuapi dirinya.

    Jangan kau hambat perkembangan otaknya dengan ribuan larangan yang sebenarnya tak berbahaya bagi dirinya, hanya karena lelahnya kau rapikan peralatan percobaannya...

    Bersabarlah wahai ibu....
    Jangan kau paksakan didikan generasimu diturunkan padanya, yang sejatinya masanya dan masamu jauh berbeda, begitu pula kebutuhannya dan kebutuhanmu kala itu berbeda

    Jangan kau tanyakan kenapa dan kenapa terus menerus ketika ia melakukan kesalahan, karrna sejatinya ia tak mengerti kesalahan yang ia perbuat. Berlemah lembutlah dalam menegur kelalaiannya. bukankah kelembutan menghasilkan kebaikan?

    Bersabarlah wahai ibu....
    Belajarlah tak mengenal lelah dalam tahapan perkembangannya. Berjiwa besarlah wahai ibu, dalam menghadapi semua kekurangannya. Pecutlah semangat perbaikan akhlakmu yang kan menyelaraskan baiknya akhlak anakmu...

    Luruskanlah dan perbaharuilah setiap niatmu dalam mendidik anak, yang kelak semoga mencetak generasi berikutnya menjadi lebih baik....

    karena....
    Tak terasa waktu bergulir amat cepat. Putra/i manismu yang dulu selalu meminta digendong ke sana ke mari, sampai - sampai memasakpun ia merajuk untuk digendong, karena penasarannya pada apa yang ada dalam kuali....

    Tak terasa tau-tau ia sudah tumbuh dewasa dan menjadi seorang gadis yang tak bisa lagi kau gendong...
    Tak mau lagi kau ciumi dengan manja...
    Tak memintamu lagi, untuk jalan-jalan sore, menatap daun-daun kekuningan dengan sepeda mininya lagi...
    Tak bisa lagi kau ciumi wangi keringat di pagi harinya....

    Ya! kini ia sudah jauuuhhh di depanmu....

    Tak terasa waktu bergulir amat cepat....
    Putra kecilmu yang dulu selalu meminta mainan baru
    yang setiap pagi, seusai mandi, mengeluarkan pritilan robot robotan yang tak terbilang banyaknya di lantai ruang mainnya yang sudah kau rapikan....

    Yang kadang merengek sesenggukan meminta main hujan-hujanan....
    Yang dengan wajah 'sandiwara' nya memerankan jagoan kesukaannya sambil tertawa...

    Kini....
    Ia tak bisa lagi kau gendong...
    Ia tak mau lagi kau ajak bermain kucing-kucingan...
    Ia tak mampu lagi kau jewer telinganya, karena tak mendengar titahmu...
    Kini ia sudah dewasa, suaranya sudah berat dan dadanya tegap....

    Ukirlah masa indah mereka dengan segunung kesabaranmu, karena masa-masa indah itu hanya sebentar, sebagaimana sebentarnya matahari terbenam di waktu senja....

    Bersabarlah wahai ibu, jika anakmu mengujimu…

    ---------------------------------------
    Zaki Zamani


  • 0 komentar:

    Posting Komentar