Assalamu’alaikum,
sahabat fillah. Shaum (puasa) Ramadhan adalah salah satu pilar dari Rukun
Islam. Maka mendidik anak untuk berpuasa Ramadhan menjadi kewajiban keislaman
yang integral bagi para orang tua. Para sahabat Rasul telah mendidik
putra-putri mereka yang masih kecil untuk berpuasa.
Seperti yang dituturkan shahabiyah
Rubayyi’ binti Mu’awwiz tentang bagaimana cara mereka mendidik anak-anak mereka
berpuasa Asyura (sebelum diwajibkan puasa Ramadhan):
“…dan
kami melatih anak-anak kami yang masih kecil untuk berpuasa. Kami bawa mereka
ke masjid dan kami buatkan mereka mainan dari bulu. Apabila diantara mereka ada
yang merengek minta makan, maka kami bujuk dengan mainan itu terus hingga tiba
waktu berbuka.” (HR. Bukhari Muslim).
Dari riwayat diatas, kita dapat
mengetahui bahwa para sahabat memberikan perhatian yang serius dalam melatih
putra-putri mereka untuk membiasakan berpuasa. Lantas apa yang dapat kita lakukan
saat ini untuk melatih anak-anak
berpuasa.
Tapi sebelumnya perlu diperhatikan
hal-hal berikut sebelum sahabat fillah memutuskan untuk melatih anak berpuasa
di bulan Ramadhan.
Anak-anak,khususnya usia 5-7, masih
dalam proses tumbuh kembang. Pelatihan puasa sebaiknya tidak mengabaikan fakta
ini. Anak-anak di rentang usia tersebut kebutuhannya terhadap gizi dan tidur
masih tinggi.
Pahami bahwa kegiatan berpuasa adalah
hanya sebuah pelatihan, pengondisian, pembiasaan, dan persiapan agar anak akrab
dengan aktivitas ibadah. Jadi, bukan sesuatu yang final sehingga kebijakan yang
diterapkan harus fleksibel dengan kondisi umur, fisik, dan keadaan psikologis
anak.
Meski sebatas pelatihan sebaiknya
tetap dilaksanakan dengan kesungguhan. Dengan begitu anak belajar bahwa sebuah
pekerjaan sesulit apa pun harus dikerjakan serius.
Temani anak selama masa pelatihan.
Jadikan pelatihan sebagai prioritas dibandingkan kegiatan lain sehingga anak
merasa orangtuanya terlibat dan terikat dalam berpuasa.
Sekali lagi ditegaskan, belum ada kewajiban berpuasa bagi
anak-anak, sehingga sebagai orang tua, tugas kita bukan mewajibkan anak kecil
untuk berpuasa, melainkan mendidik anak untuk berpuasa. Berikut cara bijak
melatih anak berpuasa.
1. Orang tua dapat membagi tahapan puasa
sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak. Misalnya, puasa dari waktu Subuh
sampai dengan waktu Zuhur, kemudian dilanjutkan atau ditingkatkan mulai saat
Subuh sampai dengan waktu Ashar. Kemudian, setelah dirasa mampu, dapat
ditingkatkan sampai tahap puasa sempurna, yaitu dari mulai waktu Subuh sampai
dengan Magrib.
2. Dengan cara membuatkan mainan untuk
mereka, dan mengajak mereka bermain bersama seperti yang dikisahkan kaum Anshar
di Madinah saat puasa asy-Syura’. Sebagai contoh, orang tua dapat mengajak
anak-anak mereka ke masjid. Namun, meskipun anak telah dianggap memiliki
kondisi dan kemampuan yang cukup prima untuk melaksanakan puasa, akan tetapi
motivasi dari orang tua sangat diperlukan agar kekuatan dan kemauannya dalam
menunaikan puasa itu tetap terjaga.
3. Selain itu, hal yang perlu
diperhatikan adalah hendaknya orangtua membantu mencari kegiatan dan permainan
yang sesuai dengan kondisi tubuh pada saat berpuasa. Sebagai contoh, anak-anak
sebaiknya dicarikan jenis permainan yang lokasinya berada di tempat yang teduh,
dan dicarikan waktu pada saat sore hari, yaitu menjelang berbuka. Jenis
permainan yang menyita tenaga lebih, sebaiknya dihindarkan, karena dapat
membuat anak-anak cepat merasa lapar dan haus.
4. Memberikan kata-kata pujian yang
menunjukkan bahwa orang tua merasa bangga memiliki anak yang meskipun masih
kecil, akan tetapi sudah mampu melaksanakan puasa seperti layaknya orang
dewasa. Misalnya dengan kalimat “Masya Allah, anakku yang pintar, masih kecil
sudah kuat puasa..” ataupun kalimat-kalimat lain yang membuat anak merasa
senang dantersanjung.
5. Memberitahukan kepada mereka bahwa
Allah dan Rasul-Nya sangat menyenangi anak-anak kecil yang melakukan ibadah
puasa. Kemudian, dapat pula diberitahukan kepada mereka adanya balasan bagi
orang-orang yang berpuasa, yaitu bahwa Allah akan membuka pintu surga, khusus
bagi hamba-hamba-Nya yang berpuasa, yaitu pintu “ar-Rayyan”
5. Memberikan hadiah mainan atau yang
selainnya, yang bersifat mendidik dan dapat melupakan anak-anak dari
keinginannya untuk berbuka
7. Mengadakan ifthar jama’i (buka puasa
bersama), baik dilakukan dalam keluarga maupun pada lingkungan yang lebih besar
lagi, yaitu seperti di masjid. Kegiatan ini akan menjadi sebuah kesempatan yang
dapat menggembirakan anak-anak dalam melaksanakan ibadah puasa dan sekaligus
dapat mempererat rasa persahabatan diantara mereka.
Dengan
perhatian yang intens dan cara-cara yang bijak, niscaya dapat menggugah
kesadaran anak-anak untuk berpuasa. Kesadaran itu tentu akan merupakan tabungan
ibadah bagi para orang tua yang telah mendidik mereka.
Jika hal-hal di atas kita lakukan,
maka Insya Allah keberkahan Romadhon akan turun ke setiap keluarga muslim.
0 komentar:
Posting Komentar