• Akhirnya Ibu Merestui Aku Ber-hijab Syar’i Part 2

    *** Lanjutan Ke-2 ***

    Aku pulang membawa misi tentu saja, mengenai lebih baik dan lebih lebih lainnya. Usai Shalat subuh, aku mengerjakan semua pekerjaan rumah, mulai dari mencuci piring, menyapu, mengepel, dan menyiapkan minum teh orang serumah. Kecuali mencuci baju yang memang dikerjakan orang luar. Ibu yang keluar kamar sambil mengantuk berkata, “Baru pulang ke rumah kan capek nak?” 

    “Gak papa Bu, mumpung aku di rumah.” Kataku. Hal itu kulakukan setiap hari, memang melelahkan. Ketika aku mulai capek, aku selalu membisikkan kepada diriku sendiri salah satu judul materi mentoring dulu “Birrul walidaini!”

    Siang hari, aku duduk-duduk di depan tivi bersama Ibu. Mengobrol tentang kuliah dan kegiatan-kegiatanku. Aku ingat, Mba Hanin pernah berpesan agar kita lebih terbuka kepada orang tua tentang kegiatan kita. Tujuannya adalah agar orang tua tahu, kita tidak melakukan kegiatan aneh atau menyimpang. 

    “Oh, terus kamu ngajinya di mana? Kerudungnya panjang-panjang juga kayak kamu ya? Alirannya apa?” Sampai juga pada pertanyaan itu. 

    “Tempatnya gantian Bu, di tempat Thea, Ati, atau rumah Mba Hanin. Kadang semua kelompok digabung jadi rame, seneng deh Bu. Gak ada aliran-aliran Bu, kita sama kok, ngajinya Al-Qur’an dan Hadits.” Aku menambahkan penekanan pada jawaban terakhirku.

    “Eh, tau gak? Ternyata pake kerudung yang bener tuh kayak kamu kata Bu Wasilah.” Kata Ibu sambil malu-malu.
    “Bu Wasilah siapa?”
    “Itu, guru ngaji di mushalla. Kan ibu sekarang ngaji bareng ibu-ibu lain.”
    “Jadi, Ibu ngijinin aku pake kerudung kayak gini dong?” Tanyaku.
    “Yang biasa ajalah.” Ibu tidak mau kalah. Aku cuma tersenyum. 

    Aku sudah dimutasi dari Purwokerto karena memang studiku telah usai. Entah yang keberapa kali halaqah berjalan, kali ini giliran rumahku menjadi tempat berkumpul majelis kami. Aku memilihkan tempat di lantai atas. Tempat yang tenang dan nyaman. Ibu menerima mereka dengan ramah.

    Halaqah kami dimulai ba’da Zhuhur dan berakhir menjelang Maghrib. Setelah semua kawanku pergi, Ibu tiba-tiba mendekat ke arahku, ”Ibu juga ikutan denger tadi lho Git.” Kata Ibu sambil tertawa kecil, aku lumayan terkejut. Oh, Ibu tadi memata-matai kami (dalam artian baik).

    “Teh Eka pinter ya… Materinya bagus dan gak aneh-aneh.” Tambah Ibu “Ya enggak aneh-aneh Bu.” Aku berkomentar sambil membantu membereskan tikar. “Ibu gak perlu khawatir lagi deh. Besok-besok ngajinya di sini lagi aja Git. Biar didoain rumahnya dan berkah.” Kata Ibu dengan tulus. 

    Cerita ini adalah karya Ukhti Siti Rudziah yang disend via e-mail admin : vianatzu@gmail.com

    Semoga Bermamfaat

    Facebook : Vian Atzu
    Twitter : @vianatzu
    Google Plus : +VianAtzu


  • 0 komentar:

    Posting Komentar