• Parenting Nabawiyah : 3 Langkah Mendidik Anak Yang Dicontohkn Rasulullah Saw

    “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” QS. an-Nisaa’ : 9

    Assalamu’alaikum Warrahmatullah. Sahabat fillah, setiap orangtua mendambakan anak yang shaleh, cerdas, dan membanggakan, akan tetapi keinginan dan upaya yang dilakukan sering kali belum selaras. Sebagai Muslim adalah kewajiban kita untuk mengikuti petunjuk Nabi di setiap segi kehidupan kita. Terlebih tentang tata cara mendidik anak.

    Kebanyakan yang kita lihat sekarang adalah orangtua lebih banyak mengandalkan guru maupun tempat les untuk mencerdaskan anak-anak kita, padahal kunci cerdasnya anak, justru ada di rumah, ada pada kedua orangtua!

    Kitapun psti sudah tak asing dengan kalimat ini Al-ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq

    Orangtua perlu memahami bagaimana tahapan mendidik anak sesuai dengan usianya.dikesempatan kali ini saya ingin berbagi diruang Manajemen Keluarga dirubrik Parenting dan sekarng tepatnya adalah Parenting Nabawiyah, dimana yang akan dibagi adalah bagaimana tahapan mendidik anak ala Rasulullah saw yang in syaa’ Allah dapat mencerdaskan anak-anak kita, baik secara intelektual maupun emosional.

    1.  Usia 0 Hingga 6 Tahun: Perlakukan Anak Sebagai Raja
    Anak usia 0-6 tahun merupakan usia emas atau Golden Age. Anak pada usia ini akan mengalami masa tumbuh kembang yang sangat cepat. Percepatan tumbuh kembang ini bisa dirangsang dengan mainan.  Mainan akan sangat membantu agar anak menjadi anak yang cerdas.

    Sedangkan Rasulullah saw sendiri menganjurkan kepada kita untuk senantiasa berlemah lembut terhadap anak kita yang masih berusia dari 0 hingga 6 tahun. Memanjakan, memberikan kasih sayang, merawat dengan baik dan membangun kedekatan dengan anak merupakan pola mendidik yang baik.

    Zona merah: Jangan marah-marah! Jangan banyak larangan, jangan rusak jaringan otak anak, pahami bahwa anak masih kecil dan yang berkembang adalah otak kanannya.

    Jadikan anak merasa aman, merasa dilindungi dan nyaman bersama orangtua. Ketika anak nakal maka janganlah membiasakan untuk dipukul supaya anak mau menurut. Memukul ataupun memarahi anak pada usia ini bukanlah cara yang tepat. Berikanlah kesempatan pada anak agar merasakan kebahagiaan yang berkualitas dimasa kecil.

    2.  Usia 7 Hingga 14 Tahun: Perlakukan Anak Sebagai Tawanan Perang/ Pembantu
    “Perintahkan anak-anakmu untuk shalat saat mereka telah berusia 7 tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya ketika mereka berusia 10 tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”  HR. Abu Dawud
    Perkenalkanlah anak dengan tanggung jawab dan kedisiplinan pada usia ini. Kita bisa melatihnya mulai dari memisahkan tempat tidurnya dan mendirikan shalat 5 waktu.

    Pukullah anak ketika anak tak mau mendirikan shalat. Tapi bukan pukulan yang menyakitkan atau pukulan di kepalanya. Atau kita bisa membuat sanksi-sanksi ketika anak melanggar, namun sanksi yang diberikan usahakan sesuai dengan kesepakatan antara anak dan orangtua.

    Zona kuning: Zona hati-hati dan waspada. Latih anak mandiri mengurus dirinya sendiri, misal cuci piring, cuci baju, menyetrika. Pelajaran mandiri ini akan bermanfaat banyak di masa depannya, untuk kecerdasan emosionalnya.

    3.  Usia 15 Hingga 21 Tahun: Perlakukan Anak Seperti Sahabat
    Anak pada usia ini adalah usia dimana anak akan cenderung memberontak. Oleh kerana itu dibutuhkan pendekatan yang baik kepada anak. Fungsinya adalah agar kita bisa meluruskan anak ketika anak berbuat kesalahan, kerana kita dekat dengan anak.

    Zona hijau: sudah boleh jalan. Anak sudah bisa dilepas mandiri dan menjadi duta keluarga. Timbulkan rasa nyaman pada anak bahawa kita orangtua namun bisa bersikap seperti sahabat setia. Sahabat setia yang siap mendengar segala cerita dan curahan hati anak.Masa ini adalah masa pubertas untuk anak-anak.

    Jangan sampai ketika anak-anak punya masalah namun mereka cari solusi dan cari curhat ke tempat orang lain.  Didiklah anak dengan membangun persahabatan meskipun kita adalah orangtuanya, agar anak tak merasa bahwa kita adalah orang ketiga yang tak boleh tahu tentang permasalahan dirinya.

    Para orangtua juga dilarang untuk memarahi dan menghardik anak di hadapan adik-adiknya ataupun di depan kakak-kakaknya. Maksudnya supaya harga dirinya tak jatuh sehingga anak tak merasa rendah diri. Jalinlah pendekatan yang baik kepada anak.

    Semoga bermanfaat. Wassalmu’alaikum Warrahmatullah

    Vian Atzu


  • 0 komentar:

    Posting Komentar