Assalamu’alaikum. Sahabat Fillah. Nafkah merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang suami. Sesuatu yang dihukumi wajib, apabila dikerjakan pelakunya akan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan, ia berdosa.
Dibalik kewajiban seorang suami memberikan nafkah kepada istrinya, ternyata terdapat keutamaan yang luar biasa. Bahkan keutamaan ini lebih besar nilainya bila dibandingkan dengan besarnya nominal yang dikeluarkan dari seorang suami sebagai perwujudan nafkahnya kepada keluarga.
Nafkah yang diberikan suami kepada sang istri akan dibalas oleh Allah dengan pahala yang besar.
Allah tidak akan menyia-nyiakan setiap tetesan keringat yang keluar dari tubuh suami dalam rangka mencari sesuap nasi untuk keluarganya. Hal ini senada dengan apa yang diinformasikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
“Tidaklah kamu menafkahkan harta yang semata-mata demi mengharap ridha Allah, melainkan kamu akan diberi pahala hingga setiap suap makanan yang masuk ke mulut istrimu.”- Mutafaqu’alaih
Ada pahala hingga pada setiap suap makanan yang masuk ke mulut istrinya. Hal yang demikian ini merupakan lahan amal bagi seorang suami. Karena itu, seharusnya para suami bersemangat dalam mencari nafkah untuk keluarganya. Bukan berusaha sekedarnya, apalagi hanya bermalas-malasan di rumah. Sungguh, mereka yang menyepelekan nafkah keluarganya akan menyesal pada hari pertanggungjawaban di akhirat kelak.
Lebih luar biasa lagi, ternyata pahala menafkahi keluarga lebih besar dibandingkan dengan menafkahkan sejumlah yang sama di jalan Allah, atau untuk memerdekakakan budak, atau disedekahkan kepada fakir miskin. Ini bukan suatu pernyataan yang mengada-ada, namun disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
“Sedinar kamu diinfakkan di jalan Allah, sedinar kamu infakkan untuk memerdekakan budak, sedinar kamu sedekahkan kepada fakir miskin dan sedinar kamu nafkahkan kepada keluargamu, maka pahala yang paling besar ialah yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.- H.R Muslim
Sahabat fillah. Mengingat besarnya pahala yang akan diraih lantaran mencukupi nafkah keuangan, maka setiap suami muslim hendaknya bersemangat untuk meraihnya. Seorang suami akan terdorong untuk berusaha memenuhi nafkah keluarganya dengan cara bekerja sebaik mungkin. Tak ada lagi kata bermalas-malasan, apalagi menggantungkan pemenuhan kebutuhan harian keluarga kepada orang tua atau saudaranya. Bukan sekedar uang yang ia cari untuk keluarga, tetapi keridhaan Allah. Karena beserta dengan keridhaan-Nya, ada pahala yang besar sebagai balasan atas kesungguhan seorang suami dalam berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya.
Wassalamu’alaikum
Akhmad Fauzi
Tim Manajemen Pernikahan
0 komentar:
Posting Komentar