• Tanamkan Sifat Muraqabatullah Kepada Anak Sejak Dini

    Assalamu’alaikum. Sahabat Fillah. Seorang ayah dan ibu harus selalu mendidik putra putrinya untuk bertakwa kepada Allah di manapun berada. Di masjid, di rumah, di sekolah, di pasar atau di mana saja. Karena ketakwaan adalah satu-satunya sumber kebahagiaan hakiki bagi manusia baik di dunia maupun di akhirat.


    Bertakwa artinya melaksanakan segala perintah Allah semaksimal mungkin seperti wudhu, shalat, dzikir, silaturahim, bersedekah dan lainnya. juga meninggalkan kemaksiatan kepada Allah seperti tidak berzina, tidak mencuri, tidak mabuk-mabukan, tidak memalak orang, tidak memukul kawan dan lainnya.

    Agar anak-anak bertakwa kepada Allah, orang tua harus mengajarkan ilmu syariat islam sebanyak-banyaknya. Tata cara wudhu, shalat, sedekah dan lainnya. Namun, selain tata cara ibadah ini yang harus diajarkan, ada hal lain yang paling penting untuk diajarkan kepada anak-anak, yaitu mengajarkan anak tentang Allah.

    Seorang muslim harus mengetahui siapa Allah, di mana Dia, dan apa saja sifat-sifat-Nya. Allah adalah Pencipta, Pemilik dan Pengatur seluruh Allah, hal ini dikabarkan oleh Allah dalam surat al-Fatihah dalam kata “Rabbul’alamin”, dan Allah berada di atas ‘Arsy, yang dikabarkan langsung olehnya dalam surat Thoha ayat 5 “Allah yang Maha Pengasih berada di atas Arsy”.

    Orang tua pun harus mengajarkan kepada anak bahwa Allah Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Mengetahui segalanya, dan Allah akan membalas semua amal manusia yang baik dan yang buruk walaupun seberat semut yang amat kecil.

    Lukmanul Hakim yang terkenal dengan kata-kata hikmahnya pernah menasehati anaknya dan mengabarkan bahwa sekecil apapun perbuatan manusia akan didatangkan oleh Allah untuk dimintai pertanggung jawaban.
    “Luqman berkata, “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada perbuatan seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya.  Sesungguhnya Alloh Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.” - QS. Lukman : 16
    “Khordal” adalah satu biji yang sangat kecil dan tidak bergarga. Jika amal manusia senilai dan sekecil khordal berada pada perut batu atau terselip di salah satu sisi langit atau bumi, maka Allah  tetap akan mendatangkannya karena Allah, Maha Mengetahui dan sangat sempurna kemampuan-Nya. Sampai-sampai sekecil apapun satu benda dengan mudah didatangkan oleh Allah, bahkan Dia mengetahui hal-hal yang ghaib dan tersembunyi. 

    Adapun maksud dari nasihat Lukman ini adalah perintah untuk senantiasa memiliki sifat muraqabah atau senantiasa merasa dipandang dan diperhatikan oleh Allah, senantiasa beramal menaati Allah sebisa mungkin, dan merasa khawatir terhadap balasan keburukan dari amalan buruk yang sedikit atupun yang banyak.

    Allah akan membalas sekecil apapun amal seseorang, karena sifat-Nya yang Maha Adil, dan kemampuan-Nya untuk membalas sangat sempurna. Sehingga, seorang muslim tidak boleh meremehkan amalan sholih yang mungkin dipandang kecil sebagaimana seseorang tidak boleh meremehkan dosa yang dipandang kecil.
    “Siapa saja mengerjakan kebaikan walaupun seberat dzarroh, niscaya dia akan melihat balasannya, dan siapa saja mengerjakan kejahatan walaupun seberat dzarroh, niscaya dia akan melihat balasannya pula.”- QS. az-Zalzalah : 7-8
    Dzarroh adalah seekor semut yang paling kecil sebagaimana yang dikatakan oleh Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah. Hal ini digunakan oleh orang-orang arab untuk menilai sesuatu yang sangat kecil dan sedikit. Ini menunjukan sekecil apapun amal seorang hamba akan dibalas oleh Allah.

    Makna Dzarroh, digunakan untuk menyebut jenis semut terkecil, dan terkadang juga untuk memaknai debu yang beterbangan ketika tertiup angin. Adapun maksud ayat ini adalah amalan yang paling kecil dan mungkin tidak dipandang oleh mata. Maka, amalan ini tetap akan diperlihatkan oleh Allah kepada pelakunya”.

    Orang tua harus mengajarkan ini kepada anak-anaknya, sehingga mereka akan tumbuh dalam kebaikan. Dengan mengajarkan sifat muraqabah, diharapkan anak-anak selalu menjaga amal perbuatannya. Mereka akan sangat berhati-hati dalam ucapan dan tingkah laku. Karena meyakini Allah selalu melihat dan akan membalas apapun yang diperbuat manusia.

    Rasulullah saw  pernah melarang umatnya untuk menghina amal baik sekecil apapun.
     “Janganlah engkau meremehkan kebaikan sekecil apapun, sekalipun hanya wajah berseri dihadapan saudaramu.” - HR. Muslim -
    Berserinya wajah di hadapan saudara, mungkin termasuk amalan ringan dan dapat dilakukan tanpa harus mengeluarkan energi besar. Hal ini adalah amalan yang akan dilihat oleh pelakunya pada hari kiamat, sehingga Rasulullah saw melarang para sahabatnya meremehkan hal ini.

    Dalam hadist lain Rasulullah saw  pernah ditanya tentang amalan apa saja yang termasuk ke dalam kebaikan, maka Rasulullah saw  bersabda:
    “Janganlah engkau merendahkan kebaikan sekecil apapun, walaupun hanya memberikan tali penyambung, memberi tali sandal, menarikan ember untuk minum, menjauhkan gangguan jalan, berseri saat berjumpa dengan saudara, memberikan salam saat bertemu dengan mereka, menenangkan orang yang galau, dan jika seseorang mencelamu karena kekuranganmu yang dia ketahui dan anda pun tahu kelemahan dia, maka janganlah anda balik mencelanya dengan begitu anda akan dapat pahala sedangkan dia dapat dosa. Kerjakanlan apapun yang anda akan senang mendengarnya dan tinggalkan apapun yang anda akan marah ketika mendengarnya.” - HR. Ahmad,-
    Ini beberapa amalan ringan yang diucapkan oleh lisan yang terbimbing dengan wahyu Ilahi. Amalan-amalan ini harus senantiasa dibiasakan ditengah-tengah keluarga agar terbiasa. Anak-anak harus mengetahui hal ini dan harus meyakini bahwa Allah melihat amalan-amalan itu kemudian akan dibalas. Kebaikan dengan kebaikan dan keburukan dengan keburukan.

    Dewasa ini banyak sekali anak-anak yang tidak menimbang amalan yang dilakukannya. Lisan asal bicara, tangan asal menyentuh, mata asal memandang, dan kaki asal menendang. Semua dilakukan atas dasar kehendak pribadi. Sepertinya hal ini menjadi biasa dikarenakan mereka tidak mengenal Allah secara benar, sehingga tipis atau bahkan kosong dari Muraqabatullah.

    Sifat Muraqabatullah, sungguh sangat penting ditanamkan kepada kaum muslimin. Anak-anak maupun orang tua, lelaki maupun wanita, semuanya harus mengerti dan meyakini bahwa Allah selalu melihat, menatap dan memandang. Insyaa Allah dengan memiliki sifat ini, generasi muda dapat diharapkan kebaikannya, di dunia dan di akhirat. Jadi, ajarkanlah kepada anak kita tersayang bahwa Allah selalu melihat.

    Semoga Bermanfaat, Wassalamu’alaikum

    Zaki Zamani ( Manajemen Keluarga )


  • 0 komentar:

    Posting Komentar