• Mengenalkan Allah Pada Anak Sejak Dini

    Assalamu’alaikum , sahabat fillah. Rasulullah Saw pernah mengingatkan, "Awalilah bayi-bayimu dengan kalimat La Ilaha Illallah". Kalimat suci inilah yang perlu kita kenalkan pada awal kehidupan anak-anak kita, sehingga membekas pada otak dan menghidupkan cahaya hatinya.

    Apa yang didengar bayi pada saat-saat awal kehidupannya akan berpengaruh pada perkembangan berikutnya, khususnya terhadap pesan-pesan yang disampaikan dengan cara yang mengesankan.

    Belum pahamnya anak-anak dengan makna spriritual terutama konsep ketuhanan, bukan berarti mereka tidak punya kecerdasan ini. Manusia diciptakan Allah dengan kecerdasan luar biasa sejak lahir, terutama fitrah kecerdasan untuk mengenal siapa penciptanya. Bukankah sebelum ruh ditiupkan ke janin, Allah telah mengambil kesaksian ruh akan penciptanya?
    "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?', Mereka menjawab, 'Betul (engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.' (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, 'Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keEsaan Tuhan)." (Q.S. Al A'raaf:172) 

    Perlakuan orang tua dan lingkungan terdekatlah yang akhirnya menjawab apakah potensi kecerdasan spiritual ini akan berkembang atau tidak. Usia balita dan pra-sekolah adalah masa paling optimal mengenalkan nilai-nilai kehidupan kepada anak. Sayangnya, orang tua lebih sering fokus untuk mengembangkan kecerdasan anak dari sisi intelektualnya saja, seperti kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Dalam pergaulan di lingkungan pun terlalu banyak pula pengaruh yang jauh dari nilai agama. Walhasil, anak tak terasa kepekaan mental dan spiritualnya.

    Hakikat Pengenalan kepada Allah
    Mengasah ma'rifatullah adalah tanggung jawab orang tua sebagai tempat belajar utama anak. Menurut Ibnu Qayyim, ma'rifatullah atau mengenal Allah adalah ilmu yang membuat seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan menerima konsekuensi pengenalannya akan Allah.

    Inilah yang akhirnya memancar menjadi kecerdasan spiritual, sehingga seiring usianya anak akan mampu mengenali dan merasakan pengawasan Tuhannya, juga bisa mengidentifikasi potensi fitrah dalam dirinya untuk digunakan sebagaimana mestinya.Hakikat pendidikan dalam Islam sendiri adalah realisasi dari penghambaan, sedangkan tujuannya adalah lahirnya orang-orang shalih yang siap mengemban amanah memakmurkan bumi.

    Semangat inilah yang diwariskan oleh para ulama kita sejak zaman para sahabat dan generasi tabi'in, sehingga melahirkan sosok-sosok mumpuni.

    Bagaimana Orang Tua Mengenalkan-Nya?

    Sifat Allah yang pertama kali dikenalkan oleh-Nya kepada kita adalah Al-Khaliq dan Al-Karim, sebagaimana firman-Nya, 

    "Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-'Alaq : 1-5)

    Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita berikan kepada anak saat mereka mulai bisa kita ajak berbicara dan kaitannya dengan mengenalkan Allah pada mereka:

    1. Memperkenalkan Allah kepada anak melalui sifat-Nya yang pertama kali dikenalkan, yakni Al-Khaliq (Maha Pencipta).
    Kita tunjukkan kepada anak-anak kita bahwa kemanapun kita menghadapkan wajah, di situ kita menemukan ciptaan Allah. Kita tumbuhkan kesadaran dan kepekaan pada mereka, bahwa segala sesuatu yang ada di sekelilingnya adalah ciptaan Allah.  Semoga dengan demikian, akan muncul kekaguman anak kepada Allah. Ia merasa kagum, sehingga tergerak untuk tunduk kepada-Nya.

    2. Kita ajak anak untuk mengenali dirinya dan mensyukuri nikmat yang melekat pada anggota badannya.
    Dari sini kita ajak mereka menyadari bahwa Allah Yang Menciptakan semua itu. Perlahan-lahan kita rangsang mereka untuk menemukan amanah dibalik kesempurnaan penciptaan anggota badannya.

    Secara bertahap, kita ajarkan kepada anak proses penciptaan manusia. Tugas mengajarkan ini, kelak ketika anak sudah memasuki bangku sekolah, dapat diajarkan oleh orang tua bersama guru di sekolah. Selain merangsang kecerdasan mereka, tujuan paling pokok adalah menumbuhkan kesadaran --bukan hanya pengetahuan-- bahwa ia ciptaan Allah dan karena itu harus menggunakan hidupnya untuk Allah.

    3. Memberi sentuhan kepada anak tentang sifat kedua yang pertama kali diperkenalkan oleh Allah kepada kita, yakni Al Karim.
    Di dalam sifat ini berhimpun dua keagungan, yakni kemuliaan dan kepemurahan. Kita asah kepekaan anak untuk menangkap tanda-tanda kemuliaan dan sifat pemurah Allah dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga tumbuh kecintaan dan pengharapan kepada Allah.

    Sesungguhnya manusia cenderung mencintai mereka yang mencintai dirinya, cenderung menyukai yang berbuat baik kepada dirinya dan memuliakan mereka yang mulia.

    Kelak, jika anak sudah tumbuh besar dan dapat menirukan apa yang kita ucapkan, Rasulullah saw memberikan contoh bagaimana mengajarkan untaian kalimat yang sangat berharga untuk keimanan anak di masa mendatang. Kepada Ibnu Abbas yang ketika itu masih kecil, Rasulullah saw berpesan:

    "Wahai anakku, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kata ini sebagai nasihat buatmu. Jagalah hak-hak Allah, niscaya Allah pasti akan menjagamu. Jagalah dirimu dari berbuat dosa terhadap Allah, niscaya Allah akan berada di hadapanmu. Apabila engkau menginginkan sesuatu, mintalah kepada Allah. Dan apabila engkau menginginkan pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahwa apabila seluruh umat manusia berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali apa yang telah dituliskan oleh Allah di dalam takdirmu. Juga sebaliknya, apabila mereka berkumpul untuk mencelakai dirimu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakaimu sedikitpun kecuali atas kehendak Allah. Pena telah diangkat dan lembaran takdir telah kering." (HR. Tirmidzi)

    Semoga Bermanfaat, Wassalamu’alaikum

    Manajemen Keluarga
    vian-atzu.blogspot.com

  • 0 komentar:

    Posting Komentar