Jika
telah tegas, bahwa tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah
kepada-Nya, maka jangan tunggu lama-lama lagi untuk segera menunaikan ibadah
tersebut dengan baik. Namun tunggu dulu! Sebelum itu, sepertinya kita harus
menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu; “Apakah yang dimaksud dengan
ibadah? Nah, tulisan berikut insya Allah akan sekilas mengupas makna
ibadah. Agar kita dapat memahami hakikat ibadah itu, dan selanjutnya kita dapat
beribadah kepada Allah dengan benar dan penuh penghayatan.
Ibadah
memiliki dua sisi makna:
(1)
Ibadah bermakna ta’abbud, artinya adalah tadzallul atau
menghinakan diri dan khudhuu’ atau tunduk. Beribadah kepada
Allah dengan makna ini berarti menghinakan diri dan tunduk kepada Allah.
(2)
Ibadah bermakna al muta’abbad bihi (sesuatu yang dengannya kita beribadah),
artinya adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik
berupa perkataan atau perbuatan, baik bersifat nampak atau tersembunyi.
Beribadah dengan makna ini berarti melakukan segala perkara yang dicintai dan
diridhai oleh Allah, baik perkara tersebut diyakini dan diamalkan oleh hati
kita, diucapkan oleh lisan kita, atau diperbuat oleh anggota tubuh kita.
(Syarah Ushul Tsalatsah, Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaily)
Dari
dua makna ibadah diatas, kita dapat menilai kapan perbuatan kita disebut
ibadah. Kita ambil contoh, shalat misalnya. Mengapa shalat kita katakan ibadah?
Karena
(1)
Ia merupakan bentuk ketundukan kepada Allah, dan
(2)
Shalat adalah perbuatan yang dicintai dan diridhai oleh Allah karena Allah
telah memerintahkannya.
Dengan
demikian, tidak disebut sebuah ibadah, jika sebuah perbuatan tidak dilakukan
dengan rasa ketundukan dan perendahaan diri kepada Allah, sebagaimana juga
tidak dapat disebut ibadah, jika perbuatan itu tidak dicintai dan diridhai oleh
Allah, karena perbuatan itu tidak ada perintahnya dari Allah misalnya.
Kemudian,
dari pengertian ibadah yang kedua, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa ibadah
dapat dilakukan oleh hati, lisan dan anggota badan.
1. Ibadah
Hati
Ibadah
hati adalah ibadah yang dilakukan oleh hati. Hati dapat berkeyakinan dan berbuat.
Ketika hati kita meyakini dan berbuat sesuatu yang Allah cintai dan ridhai
berarti hati kita sedang beribadah kepada Allah, berarti perbuatan atau
keyakinan itu disebut ibadah. Ibadah hati cukup banyak.
Diantaranya adalah
beriman kepada rukun iman, ikhlas, khauf (takut), raja (berharap), tawakkal,
mahabbah (cinta) dan lain-lain.
2. Ibadah
Lisan
Ibadah
lisan adalah ibadah yang dilakukan oleh lisan. Ketika lisan kita berucap atau
melakukan aktifitas yang dicintai dan diridhai oleh Allah, maka berarti lisan
kita sedang beribadah kepada Allah.
Diantara contoh ibadah lisan adalah:
berdzikir dengan dzikir-dzikir yang diajarkan oleh Rasulullah saw seperti,
subhanallahi wa bi hamdihi, subhaanallahil adhziim, laa ilaaha illallah, allahu
akbar dan lain-lain, atau beristighfar, membaca Al Qur’an, berkata-kata baik
kepada sesama, memberi nasehat, beramar makruf nahi munkar dan lain-lain.
3.Ibadah
Anggta Badan
Ibadah
juga dapat dilakukan dengan anggota badan. Contoh untuk ibadah ini sangat
banyak. Diantaranya shalat yang kita tunaikan setiap hari lima kali, zakat,
shaum di bulan ramadhan dan berhaji serta umrah ke baitullah. Intinya apapun
perbuatan anggota badan yang dicintai dan diridhai oleh Allah, maka ia termasuk
perbuatan ibadah.
Ibadah
tidak semuanya berada pada level keutamaan yang sama. Masing-masing dari jenis
ibadah itu bertingkat-tingkat. Tingkatan ibadah yang paling pokok ada dua: (1)
Ibadah wajib (fardhu), (2) Ibadah sunnah (Nafilah).
4. Ibadah
Wajib (Fardhu)
Ibadah
wajib adalah ibadah yang harus dilakukan, tidak boleh ditinggalkan, jika
dilakukan berbalas pahala dan jika ditinggalkan berakibat dosa. Contohnya
sholat lima waktu, infak wajib (zakat), shaum di bukan ramadhan, haji dan umrah
sekali seumur hidup. Semuanya adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh
setiap muslim.
Ibadah
wajib ini sangat tinggi derajatnya dan paling dicintai oleh Allah. Dalam hadis
qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Allah berfirman,
“…Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai cintai daripada sesuatu yang Aku fardhukan kepadanya.” (H.R Bukhari )
5. Ibadah
Sunnah (Nafilah)
Jika
seorang hamba telah sempurna melakukan ibadah-ibadah yang wajib, maka sangat
dianjurkan kemudian memperbanyak ibadah-ibadah sunnah yang diajarkan oleh
Rasulullah saw. Dalam kelanjutan hadis qudsi diatas, “…Dan hamba-Ku terus
menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah, hingga Aku pun
mencintainya.” (Bukhari )
Demikian
selayang pandang tentang makna ibadah, mudah-mudahan Allah memberikan kepada
kita semua kekuatan untuk beribadah kepada-Nya, wa laa haula wa laa quwwata
illa billah. Allahu'alam.
Vian Atzu
0 komentar:
Posting Komentar